5. Teori
Evolusi Keluarga J.J Bachoven
J.J.
Bachoven adalah seorang ahli hukum Jerman yang banyak mempelajari etnografi
berbangsa bangsa (Yunani, Romawi, Indian, termasuk juga Asia Afrika). Karya
monumentalnya ditulis dengan judul Das Mutterrecht atau ”Hukum Ibu” (1967).
Inti dari teori Evolusi Keluarga dari Bachoven
tersebut bahwa ”Seluruh keluarga di seluruh dunia mengalami perkembangan
melalaui empat tahap (Koentjaraningrat, 1987: 38-39)., yakni:
1. Tahap Promiskuitas;
di mana manusia hidup serupa sekawan binatang berkelompok, yang mana laki-laki
dan perempuan berhubungan dengan bebas dan melahirkan keturunannya tanpa
ikatan. Kelompok-kelompok keluarga inti belum ada pada waktu itu. Keaadaan
tersebut merupakan tingkat pertama dalam proses perkembangan masyarakat
manusia.
2. Lambat-laun manusia
sadar akan hubungan antara si ibu dengan anaknya sebagai suatu kelompok
keluarga inti dalam masyarakat. Oleh karena itu pada masa ini anak-anak mulai
mengenal ibunya belum mengenal ayahnya. Di sinilah peran ibu merangkap sebagai
sebagai kepala keluarga atau rumah tangga.
Pada masa ini pula hubungan/perkawinan antara ibu
dengan anak dihindari, dengan demikian timbul adat exogami. Pada sistem
masyarakat yang makin luas demikian dinamakan sistem matriarchate, di mana
garis keturunan ibu sebagai satu-satunya ynng diperhitungkan.
3. Tingkat berikutnya
adalah sistem patriarchate, di mana ayah menjadi kepala keluarga. Perubahan
dari matriarchate ke partrirchate tersebut setelah kaum pria tidak puas dengan
keadaan sosial yang mengedepankan peranan perempuan (ibu). Ia kemudian
mengambil calon-calon istri dari kelompok yang bebeda untuk dibawa ke
kelompoknya sendiri.
Dengan demikian keturunan yang mereka dapatkan juga
tetap tinggal dalam kelompok pria.Kejadian itulah yang secara lambat laun
mengubah tradisi matrarchate ke patriarchate.
4. Pada tingkat yang
terakhir, di mana terjadi perkawinan tidak selalu dari luar kelompok (exogami)
tetapi bisa juga dari dalam kelompok yang sama (endogami), memungkinkan
anak-anak-anak secara langsung mengenal dan banyak berhubungan dengan ibu dan
ayahnya. Hal ini lambat laun sistem patriarchate mengalami perubahan / hilang
menjadi suatu bentuk keluarga yan dinamakan ”parental”
5. Teori Upacara Sesaji Smith
W.
Robertson Smith (1846-1894), adalah seorang ahli teologi, ilmu pasti, dan
bahasa serta sastera Semit yang berasal dari Universitas Cambridge.
Tulisannya yang terkenal berjudul Lectures on
Religion of the Semites (1889), Isi pokok buku itu yang erat dengankaitannya
dengan teori sesaji tersebut. Menurut Koentjaraningrat (1987: 67-68) dapat
dikemukakan bahwa terdapat tiga gagasan penting mengenai azas-azas religi dan
agama pada umumnya, sebagai berikut:
1. Gagasan pertama; di
samping sistem keyakinan dan doktrin, sistem upacara juga merupakan suatu
perwujudan dari religi atau agama yang memerlukan studi analisis yang khusus.
Suatu hal yang menarik dalam banyak agama upacara itu tetap, tetapi latar
belakang, keyakinan, maksud atau doktrinnya itu berubah.
2. Gagasan kedua; bahwa
upaca religi atau agama tersebut, biasanya dilaksanakan oleh banyak warga
masyarakat (pemeluk religi atau agama), mempunyai fungsi sosial untuk
mengintensifkan solidaritas masyarakat. Motivasi keikusrtaan mereka dalam
upacara itu memiliki tingkat intensitas yang berbeda-beda namun melalui
kekuatan solidaritas sosial, mampu memberikan dorongan yang bersifat memaksa
atas beberapa individu yang berbeda.
3. Pada prinsipnya
upacara sesaji, di mana manusia menyajikan sebagian dari seekor binatang,
terutama darahnya, kepada dewa, kemudian memakan sendiri sisa daging dan
darahnya, hakikatnya sama sebagai suatu aktivitas untuk mendorong rasa
solidaritas dengan para dewa.
Dalam hal itu, dewa atau para dewa dipandang juga
sebagai warga komunitas, walaupun sebagai warga yang istimewa. Itulah sebabnya
dalam upacara sesaji bukan semata-semata kehidmatan yang dicari, melainkan juga
kemeriahan dan kekeramatan, disamping kehidmatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar