Minggu, 15 November 2015

Teori Evolusi Keluarga J.J Bachoven & Teori Upacara Sesaji Smith

5. Teori  Evolusi Keluarga J.J Bachoven
            J.J. Bachoven adalah seorang ahli hukum Jerman yang banyak mempelajari etnografi berbangsa bangsa (Yunani, Romawi, Indian, termasuk juga Asia Afrika). Karya monumentalnya ditulis dengan judul Das Mutterrecht atau ”Hukum Ibu” (1967).

Inti dari teori Evolusi Keluarga dari Bachoven tersebut bahwa ”Seluruh keluarga di seluruh dunia mengalami perkembangan melalaui empat tahap (Koentjaraningrat, 1987: 38-39)., yakni:

1. Tahap Promiskuitas; di mana manusia hidup serupa sekawan binatang berkelompok, yang mana laki-laki dan perempuan berhubungan dengan bebas dan melahirkan keturunannya tanpa ikatan. Kelompok-kelompok keluarga inti belum ada pada waktu itu. Keaadaan tersebut merupakan tingkat pertama dalam proses perkembangan masyarakat manusia.

2. Lambat-laun manusia sadar akan hubungan antara si ibu dengan anaknya sebagai suatu kelompok keluarga inti dalam masyarakat. Oleh karena itu pada masa ini anak-anak mulai mengenal ibunya belum mengenal ayahnya. Di sinilah peran ibu merangkap sebagai sebagai kepala keluarga atau rumah tangga.

Pada masa ini pula hubungan/perkawinan antara ibu dengan anak dihindari, dengan demikian timbul adat exogami. Pada sistem masyarakat yang makin luas demikian dinamakan sistem matriarchate, di mana garis keturunan ibu sebagai satu-satunya ynng diperhitungkan.

3. Tingkat berikutnya adalah sistem patriarchate, di mana ayah menjadi kepala keluarga. Perubahan dari matriarchate ke partrirchate tersebut setelah kaum pria tidak puas dengan keadaan sosial yang mengedepankan peranan perempuan (ibu). Ia kemudian mengambil calon-calon istri dari kelompok yang bebeda untuk dibawa ke kelompoknya sendiri.

Dengan demikian keturunan yang mereka dapatkan juga tetap tinggal dalam kelompok pria.Kejadian itulah yang secara lambat laun mengubah tradisi matrarchate ke patriarchate.

4. Pada tingkat yang terakhir, di mana terjadi perkawinan tidak selalu dari luar kelompok (exogami) tetapi bisa juga dari dalam kelompok yang sama (endogami), memungkinkan anak-anak-anak secara langsung mengenal dan banyak berhubungan dengan ibu dan ayahnya. Hal ini lambat laun sistem patriarchate mengalami perubahan / hilang menjadi suatu bentuk keluarga yan dinamakan ”parental”

5. Teori Upacara Sesaji Smith
            W. Robertson Smith (1846-1894), adalah seorang ahli teologi, ilmu pasti, dan bahasa serta sastera Semit yang berasal dari Universitas Cambridge.
Tulisannya yang terkenal berjudul Lectures on Religion of the Semites (1889), Isi pokok buku itu yang erat dengankaitannya dengan teori sesaji tersebut. Menurut Koentjaraningrat (1987: 67-68) dapat dikemukakan bahwa terdapat tiga gagasan penting mengenai azas-azas religi dan agama pada umumnya, sebagai berikut:
1. Gagasan pertama; di samping sistem keyakinan dan doktrin, sistem upacara juga merupakan suatu perwujudan dari religi atau agama yang memerlukan studi analisis yang khusus. Suatu hal yang menarik dalam banyak agama upacara itu tetap, tetapi latar belakang, keyakinan, maksud atau doktrinnya itu berubah.

2. Gagasan kedua; bahwa upaca religi atau agama tersebut, biasanya dilaksanakan oleh banyak warga masyarakat (pemeluk religi atau agama), mempunyai fungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas masyarakat. Motivasi keikusrtaan mereka dalam upacara itu memiliki tingkat intensitas yang berbeda-beda namun melalui kekuatan solidaritas sosial, mampu memberikan dorongan yang bersifat memaksa atas beberapa individu yang berbeda.

3. Pada prinsipnya upacara sesaji, di mana manusia menyajikan sebagian dari seekor binatang, terutama darahnya, kepada dewa, kemudian memakan sendiri sisa daging dan darahnya, hakikatnya sama sebagai suatu aktivitas untuk mendorong rasa solidaritas dengan para dewa.


Dalam hal itu, dewa atau para dewa dipandang juga sebagai warga komunitas, walaupun sebagai warga yang istimewa. Itulah sebabnya dalam upacara sesaji bukan semata-semata kehidmatan yang dicari, melainkan juga kemeriahan dan kekeramatan, disamping kehidmatan.

Rabu, 28 Oktober 2015

ETIKA BERKOMUNIKASI

ETIKA BERKOMUNIKASI

Etika berasal dari bahasa Yunani "ethos" yang berarti tata perilaku
Etiket artinya pantas atau tidak pantas

Etika Berkomunikasi

Etika yaitu hendak mencari ukuran baik-buruk ,hendak mengetahui bagaimana seharusnya bertindak
Komunikasi yaitu usaha manusia dalam menyampaikan ilmu pengetahuannya kepada manusia lain

Jadi Etika Berkomunikasi adalah penilaian baik-buruk atau bagaimana manusia seharusnya bertindak dalam usahanya menyampaikan ilmu pengetahuannya kepada manusia lain.


Syarat komunikasi ada tiga :

1. Communicator
2. Message / Content
3. Communicant

Tipe Komunikasi

1. Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication)
   Contoh : Instropeksi diri.
2. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)
   Contoh :Ibu bicara dengan anaknya
3. Komunikasi Public (Public Communication)
   Contoh ; Pidato, Ceramah
4. Komunikasi Massa (Mass Communication)
   Contoh ;Radio, TV, Internet


Gaya Komunikasi

1. Dominance Continuum
    Kecenderungan memerintah, mengendalikan atau mendominasi orang lain.

2. Sociability Continuum
    Merefleksikan kecenderungan seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain.
    Low sociability, Menyendiri
    High Sociability, senang bekerja di banyak orang

 A. Emotive
      Ciri-ciri ;Optimis , emosional, cepat , spontan
B.Directive
     Ciri-ciri :Orientasi kendali, berkeinginn kuat , workaholic
C. Reflective
     Ciri-ciri : Logis, inovatif
D. Supportive
     Ciri-ciri : Mudah bergaul, rendah hati, tidak tergesa-gesa



  Mendengarkan
1.       Memahami apa yang disampaikan
2.       Mendapatkan informasi / ilmu pengetahuan
3.       Menunjukkan antusiasme untuk mengenali
4.       Mengerti tentang lingkungan sekitar
5.       Meningkatkan hubungan dengan lawan bicara
6.       Menenangkan hati lawan bicara saat ada masalah
7.       Menghindari kesalahan berkomunikasi
Sikap mendengarkan lawan bicara
1.       Lihat wajahnya
2.       Konsentrasi
3.       Tidak interupsi
4.       Berikan pertanyaan
5.       Jaga emosi
6.       Hindari anda seolah lebih tau
7.       Buat catatan
8.       Jaga sikap tubuh

                  Komunikasi verbal atau langsung dengan kata-kata
1.       Artikulasi (bagaimana mengucapkan)
2.       Audibility (bisa didengarkan)
3.       Diction (
4.       Fluency (kelancaran)
5.       Intonasi (mengatur nada)
6.       Pitch (
7.       Pace (langkah suara)
8.       Colour (warna suara)
9.       Volume (tinggi rendahnya suara)
10.   Rate (kecepatan berbicara)

                  Komunikasi Non Verbal atau komunikasi tanpa kata-kata
1.       Facial exspressions (ekspresi wajah)
2.       Eye contact (kontak mata)
3.       Touch (sentuhan)
4.       Gesture (gerak tubuh).